Kiai Agung Rabah
Judul : Kiai Agung Rabah : rabah dan sejarahnya
Kategori : Umum
Penulis : Abdul Hamid Ahmad
ISBN : 978-602-50304-8-2
Cetakan : Pertama, November 2018
Ukuran (cm) : 14,8 x 21
Jumlah Halaman : 190
Berat (g) : -
Format Warna : B&W
Kertas : HVS
Sampul : Soft Cover
Kategori : Umum
Penulis : Abdul Hamid Ahmad
ISBN : 978-602-50304-8-2
Cetakan : Pertama, November 2018
Ukuran (cm) : 14,8 x 21
Jumlah Halaman : 190
Berat (g) : -
Format Warna : B&W
Kertas : HVS
Sampul : Soft Cover
Prasasti Batu Nisan
"Ini adalah kuburnya Syaikh yang Agung dan sangat Alim rohmatullohi 'alaih yang bernama Kiai Rabah, Tokoh yang memberi nisan ini bernama Tumenggung Notokusumo seorang Raja di Negeri Sumenep pada tahun 1187 Η
Tokoh utama buku ini. Alhamdulillah masih merupakan kakek moyang saya. Yang kisahnya ternyata jauh lebih menarik dari pada Superman dengan celana dalamnya. Naruto dengan segala imajinasinya. Dan yang paling penting: Asli seperti kita. Yang bisa kita tiru, yang bisa kita ikuti dan yang bisa kita rasa. Dari itulah kemudian saya banyak mengalami perubahan pola pikir. Menjadi lebih mencintai sejarah kita sendiri. Menjadi lebih "bergairah" berbicara tentang para tokoh kita. Dan menjadi lebih ingin berbuat lebih untuk menjadi "sejarah" tersendiri besok hari. Kembali pada Sayyid Rabah. Adakah yang lebih berhak menulis tentang beliau selain pengganti beliau? Tulisan yang komprehensif itu akan lebih baik dilakukan oleh orang yang dekat dengan beliau dan tentu saja kompeten untuk itu. Dan Lora Abd Hamid Rabah ini lebih dari sekedar kompeten. Menjadi sebuah kebanggaan bagi saya pribadi, dan Bata-bata secara lembaga membantu beliau menjadikan sejarah indah ini ada didepan anda. Mengajarkan bagaimana beliau Sayyid Rabah adalah orang yang luar biasa dan begitu menginspirasi. Saya tidak akan menjelaskan betapa hebatnya beliau (sudah tertera dengan jelas dibukunya). Saya hanya ingin mengakhiri prakata ini dengan fakta bahwa kita sangat kurang dalam bidang literasi pendidikan. Buku seperti ini seperti oase untuk sebagian besar kita. Termasuk saya sendiri. Padahal tulisan adalah sebuah investasi tak ternilai yang pada akhirnya akan berbuah begitu banyak kebaikan. Semoga hal ini menjadi pemantik buku-buku dan karya lainnya yang tak kalah baik dan apik.
R.K.H. Moh. Tohir Zain Abdul Hamid
"Ini adalah kuburnya Syaikh yang Agung dan sangat Alim rohmatullohi 'alaih yang bernama Kiai Rabah, Tokoh yang memberi nisan ini bernama Tumenggung Notokusumo seorang Raja di Negeri Sumenep pada tahun 1187 Η
Tokoh utama buku ini. Alhamdulillah masih merupakan kakek moyang saya. Yang kisahnya ternyata jauh lebih menarik dari pada Superman dengan celana dalamnya. Naruto dengan segala imajinasinya. Dan yang paling penting: Asli seperti kita. Yang bisa kita tiru, yang bisa kita ikuti dan yang bisa kita rasa. Dari itulah kemudian saya banyak mengalami perubahan pola pikir. Menjadi lebih mencintai sejarah kita sendiri. Menjadi lebih "bergairah" berbicara tentang para tokoh kita. Dan menjadi lebih ingin berbuat lebih untuk menjadi "sejarah" tersendiri besok hari. Kembali pada Sayyid Rabah. Adakah yang lebih berhak menulis tentang beliau selain pengganti beliau? Tulisan yang komprehensif itu akan lebih baik dilakukan oleh orang yang dekat dengan beliau dan tentu saja kompeten untuk itu. Dan Lora Abd Hamid Rabah ini lebih dari sekedar kompeten. Menjadi sebuah kebanggaan bagi saya pribadi, dan Bata-bata secara lembaga membantu beliau menjadikan sejarah indah ini ada didepan anda. Mengajarkan bagaimana beliau Sayyid Rabah adalah orang yang luar biasa dan begitu menginspirasi. Saya tidak akan menjelaskan betapa hebatnya beliau (sudah tertera dengan jelas dibukunya). Saya hanya ingin mengakhiri prakata ini dengan fakta bahwa kita sangat kurang dalam bidang literasi pendidikan. Buku seperti ini seperti oase untuk sebagian besar kita. Termasuk saya sendiri. Padahal tulisan adalah sebuah investasi tak ternilai yang pada akhirnya akan berbuah begitu banyak kebaikan. Semoga hal ini menjadi pemantik buku-buku dan karya lainnya yang tak kalah baik dan apik.
R.K.H. Moh. Tohir Zain Abdul Hamid
Diskusi